Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Maret 2016

Cerpen Karangan : Ayah Berubah!

Ayah Berubah!
Oleh : Sausan Nuwayyar ( 7D / 35 )
            Pagi yang indah. Matahari hanya bersinar seperlunya, memenuhi kewajibannya untuk menerangi bumi. Burung beterbangan, satu dua bertengger di pohon, berkicau merdu. Para kupu-kupu menyesap nektar dari bunga-bunga mawar yang sedang mekar. Dan manusia selalu sibuk dengan urusannya.
            Pagi yang tidak terik, namun terasa panas oleh Una. Tadi saat jogging di taman, ia bertemu dengan seseorang yang tak asing. Una menyapa beliau. Bagaimana hati Una tidak panas? Orang yang ia sapa malah membentaknya.
            “ Jauhi Aku anak kecil ! ”
            Ya, empat kata yang membuat hati Una sakit itu terucap dari Pak Hamka, ayah dari Zizi, sahabatnya. Entah apa yang membuat orang paruh baya itu berteriak kepada Una. Tapi dari raut wajahnya dapat dipastikan bahwa beliau sering begadang. Kantung mata itu, sangat berbeda dengan tiga hari lalu, saat Una bertemu beliau.
            “ Hai, Nak. Mau menumpang pulang sekalian? Ayo, jangan sungkan! ”
            Mungkin waktu lebih cepat bergulir, membuat para manusia berubah. Namun bukan itu yang Una pedulikan. Ia sekarang bertanya-tanya, ‘ Ada apa dengan Pak Hamka? ’. Entah sedikit atau banyak, itu pasti berefek kepada Zizi. Pasti.
fff
            “ Ada apa dengan Ayahmu, Zi ? ” Kali ini Una memberanikan diri bertanya.
            “ Memangnya ada apa? ”
“ Ayahmu berubah, Zi. Beliau tidak seperti  dulu. ”
“ Aku juga nggak tahu, Na. Tapi kali ini, Kak Zaza dan Bunda sering bicara serius gitu sama Ayah. Aku sendiri nggak boleh ikut. Bahkan aku pernah diusir dari ruang keluarga karena disangka mau nguping, padahal cuma mau nonton tv. Apa boleh buat? Ayah juga lebih ketus sama Aku, padahal dulu nggak sedetikpun Ayah kayak gitu.”
“ Oh. ” Jawab Una meski rasa penasarannya belum reda.
Una melihat sahabatnya itu. Tidak ada yang berubah dari Zizi. Atau tepatnya belum?
 “ Na, Kamu ditanya sama Ayah. Katanya, Aku, Kak Zaza, Bunda, Kamu, Umimu, Abimu, dan Adikmu mau diajak star gazing di kapal. Mau nggak?”
Star gazing di kapal? ” Una menaikkan sebelah alisnya.
“ Iya. Ayah sekarang jadi makin aneh, Na. ” Zizi menggembungkan pipinya.
“ Aku pikir itu ide yang bagus, Zi. Kenapa nggak? ”
“ Ya udah deh, nanti aku bilang sama Ayah. Umi, Abi, sama Ina diajak ya? ”
“ Insya Allah, Zi. ”
Nah, mungkin Zizi memang tidak berubah. Ayahnyalah yang berubah. Jadi ketus, aneh, misterius, sinis, dan masih banyak emosi yang tak terduga lainnya. Mungkin liburan bisa sedikit membantu meringankan pikirannya. Mungkin liburan itu menjadi refreshing Ayah Zizi. Una berharap, semoga saja begitu. Ia juga rindu sifat Ayah Zizi yang dulu.
fff
“ Una, maaf ya. Om dulu pernah ngebentak kamu. Om lagi capek soalnya. ” Pak Hamka tersenyum.
Itulah senyum yang ditunggu-tunggu Una sejak kemarin. Berarti Pak Hamka hanya sedang lelah, tidak ada sesuatu yang lebih serius. Una kini dapat bernafas lega.
Tepat pukul tujuh malam, di atas kapal yang berlabuh di dekat dermaga, delapan orang itu berkumpul. Abi Una duduk di kursi, bersebelahan dengan Pak Hamka. Umi Una, Bunda Zizi, Kak Zaza, dan Ina menggelar tikar di lantai. Sedangkan Una dan Zizi berdiri di tepi kapal. Mengawasi bintang-bintang dan rembulan yang terang.
Enam orang itu ikut berdiri dan berjalan ke tepi kapal, tempat Una dan Zizi sekarang. Mereka juga ikut memandang angkasa, menatap guratan indah kuasa-Nya. Beberapa detik kemudian, langit dipenuhi kembang api yang mekar. Memercik indah. Menggantikan indahnya bintang saat itu. Lima menit yang indah.
Delapan orang itu berdecak kagum. Namun dalam hati Una dan Zizi masih ada pertanyaan ‘ Ada apa sebenarnya?’.
“ Selamat ulang tahun, Adikku tersayang. Semoga panjang umur dan sehat selalu. ” Kak Zaza merangkul Zizi.
“ Selamat ulang tahun ya, Nak. Maaf, Ayah akhir-akhir ini agak pemarah. Itu semua cuma drama, kok. Hahaha.. ” Pak Hamka tertawa.
“ Bunda juga. Semua cuma prolog buat surprise ini, kok.”
“ Ih, Ayah sama Bunda pinter banget actingnya. Zizi pikir, Zizi ada salah sama kalian. Zizi udah sedih banget lho Bun, Yah. ”
“ Una juga jadi baper, bawa perasaan. ” Una tersenyum.
“ Hehehe, maafin Om ya, Na. ” Pak Hamka masih tertawa.
“ Iya, Om. Una juga lupa kalau ini hari ulang tahun Zizi. ”

Gelak tawa memenuhi kapal itu. Kelasi yang masih ada di kapal ikut naik. Mengucapkan selamat kepada Zizi. Ternyata ini yang membuat Pak Hamka berubah. Merancang momen istimewa ini. Untunglah, Pak Hamka tidak benar-benar berubah!

Tidak ada komentar: