Tuhan Maafkan Aku
Oleh : Delia Prastiwi
Namaku Alam. Aku adalah seorang
remaja laki-laki berusia 19 tahun dan kini tengah menjalani kuliah di semester
ke-2 ku di salah satu kampus ternama di Indonesia. Selain dari itu, aku
terlahir di keluarga yang sangat kaya raya dan merupakan keluarga yang taat
pergi ke Babtis. Tapi aku berbeda dengan keluargaku yang lain. Semenjak aku
kuliah, aku menganggap bahwa ibadah hanya sekedar bahan candaan.
Hari ini ada tes mata kuliah yang
berhubungan dengan agama yang telah dilakukan di kampus selama akhir-akhir ini.
Dan saat tiba aku untuk melakukan tes, aku justru bercanda dengan dosennya dan
mengatakan
“
Pak, memang agama perlu ada tes apa? Benar-benar gak penting dan buang-buang
waktu aja he..he..he.. ” kataku sambil sedikit tertawa
“ Kamu
itu bicara apa? ” tanya Dosen dengan nada sedikit membentak
“
Saya kan hanya bercanda Pak, maaf ” jawabku lirih sambil sedikit ketakutan
“
Sudah, lebih baik sekarang kamu keluar, tesnya sudah selesai ” lanjut Pak Dosen
dengan nada datar yang membuat orang menjadi tegang saat mendengarnya
“
Baik, Pak ” jawabku sambil melangkahkan kaki keluar
Aku
pun bingung bagaimana bisa terjadi yang seperti ini. Aku hanya niat untuk
bercanda tapi ternyata itu mengancam nilai dan kelulusan ku di mata kuliah
tentang agama ini. Setelah aku keluar teman-temanku pun bertanya
“
loh Lam, lu kok cepet banget tesnya? ” tanya Chico padaku
“
iya nih, padahal kata temen yang lain tes agama ini susah baget lho? ” sahut
Joni yang tiba-tiba datang
“
h..h..he..he..he..i.i.iya donk si..siapa dulu?.. Alam ” jawabku sambil gugup
“
wah lu hebat banget ” sahut mereka berdua
Setelah beberapa minggu, akhirnya
hasil tes agama keluar juga. Aku pun malas melihatnya, karena pasti aku hanya
akan malu karena tidak lulus tes itu. Sambil menggerutu dalam hati aku pun
berjalan menjauh dari papan pengumuman. Tapi, tiba-tiba tangan Chico
mengejutkanku dengan menepuk pundakku.
“
Hei si geunius mau kemana? ” tanya Chico padaku
“
hihh apaan sih? Gak mau kemana-mana kok ” jawabku sedikit kesal
“
Aaaaa...jangan sok gak tau gitu deh.” Jawabnya sedikit menggoda
“
Beneran aku gak tau ” jawabku lagi dengan nada bingung
Kemudian
Chico pun menarik tanganku menuju papan pengumuman yang mulai sepi. Dia
menunjukkan sesuatu kepadaku. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat papan
pengumuman itu
“
Gimana? Masih belagak gak tau? ” tanya Chico padaku
“
Bab..bab..bagaimana mungkin? ” jawabku ter bata-bata
Ternyata
yang dimaksud Chico si geunius itu adalah nilai agamaku yang nyaris
sempurna. Padahal tanpa mereka ketahui aku di usir dan tidak mengikuti tes
agama tersebut. Kini aku pun mulai yakin bahwa, banyak orang yang tak
mempercayai agam termasuk dosen yang waktu itu.
Pada hari ini adalah liburan
semester selama dua minggu. Aku yang merayakan atas nilai ku yang sangat bagus
pun mengajak Chico dan Joni untuk liburan bersama ke puncak. Kami pun pergi
bersama ke puncak
“
Ma...aku berangkat dulu ya! ” kataku kepada Mamaku
“
Iya tante, kami berangkat dulu! ” lanjut Chico dan Joni
“
Iya Nak, hati-hati di jalan, semoga Tuhan menyertai kalian ” Sahut Mamaku
“
Iya Ma, Tuhan boleh ikut tapi Tuhan harus duduk di bagasi, karena tempat
duduknya udah penuh.... ” kataku pada Mamaku
“ Iya
tante, ha...ha...ha...ha...ha... ” sahut teman-temanku
“ Ya
Tuhan nak, kamu tidak boleh seperti itu ” kata Mamaku meneruskan
“
Ah.. sudahlah Ma kami berangkat dulu ya ” Sahutku memecah suasana
“ Iya
sayang, hati-hati ” kata Mamaku
Di perjalanan, kami bergembira
bersama dan menyalakan musik keras-keras tapi setelah beberapa lama kami mulai
minum-minum dan mulai kehilangan kesadaran perlahan demi perlahan. Tiba-tiba
tanpa kami sadari ada sebuah truck yang menyambar mobil yang kami tumpangi dan
“
Bruak... ”
Kami
semua pun terlempar dan hanya aku yang masih sadarkan diri. Sehingga aku
mencoba mencari teman-temanku sekuat tenagaku, tapi betapa terkejutnya aku
karena ke-2 temanku telah mati dengan sangat mengenaskan dan semua bagian
mobilku hancur kecuali bagasi mobil yang masih utuh. Aku jadi teringat
kata-kataku yang pernah aku ucapkan pada Mamaku
“...
Tuhan boleh ikut tapi Tuhan harus duduk di bagasi, karena tempat duduknya udah
penuh.... ”
Aku jadi sadar, dan mencoba meminta
maaf dengan Tuhan atas apa yang pernah aku lakukan, yaitu tidak memercayai
ada-Nya. Dan setelah itu aku meninggal ditempat kecelakaan pada saat itu juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar