Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Maret 2016

Cerpen Karangan : Hadiah untuk Umi



Hadiah untuk Umi
Oleh : Fi'liya Oktaridlna

            Namaku Kesya, aku berusia 7 tahun. Aku tinggal hanya bersama ayahku. Karena, umiku sudah meninggal 6 bulan yang lalu karena kecelakaan. Sebelumnya, aku tinggal bersama keluarga kecil yang sangat bahgia. Tetapi, sejakmeninggalnya umi, perilaku ayah terhadapku menjadi sangat kasar. Aku tahu, ayah sangat bersedih dan tertekan akibat kehilangan seseorang yang sangat dia sayang. Sehingga setiap harinya aku tidak diurus, tidak diperhatikan, dan makan pun hanya dengan sepiring mi instan yang aku buat sendiri.
            Sebelum umi meninggal, aku tidur bersama Ayah dan umi. Karena aku merupakan anak tunggal. Tetapi, setelah umiku meninggal, ayahku tidak mau tidur bersamaku. Jadinya, aku harus tidur sendiri di kamar.
            Di kamarku terdapat dua lemari. Lemari yang besar aku gunakan untuk menyimpan semua pakaianku setelah dilaundrykan oleh ayahku. Dan lemari yang kecil berisikan surat- surat yang aku  tuliskan untuk umi. Setiap akan berangkat sekolah aku diberi uang saku oleh ayah. Tetapi, uang itu selalu aku tabung untuk kepentinganku yang mendadak.
            Sekolah pun, yang awalnya selalu diantar oleh ayahku. Sekarang aku harus berangkat sekolah sendirian, serta jalan kaki pula. Sehari- harinya, aku  hanya boleh pergi ke sekolah dan ke warung untuk membeli mi instan. Jika ayah mengetahuiku sedang bermain dengan teman- temanku, dia pasti langsung memarahiku dan mengunciku di dalam kamar mandi selama semalaman.
            Aku sudah terbiasa dikunci di dalam kamar mandi, dipukul, dan ditampar oleh ayah. Karena aku terlambat pulang sekolah, ataupun terlalu lama keluar rumah, padahal saat di warung aku harus mengantri dulu walaupun hanya untuk membeli dua bungkus mi instan.
            Saat aku pergi ke warung, aku melihat seorang penjual pecel, dan aku ingin membelinya. Akhirnya, aku membeli dua bungkus pecel, satu untuk aku dan satu untuk ayah. Sesampainya di rumah, aku dimarahin oleh ayah  karena membelikannya pecel. Aku tahu kenapa ayah memarahiku, hal itu karena mengingatkan ayah pada umiku yang suka sekali sama pecel.
Keesokan harinya, saat di sekolah, ibu guru menginformasikan bahwa besok adalah hari ibu, dan dia memerintahkan aku dan kawan- kawan untuk mengajak ibu kami ke sekolah dan memberi hadiah untuknya.
            Setelah pulang sekolah, aku pulang ke rumah untuk mengambil uang dan menulis sebagian surat untuk umi. Sebelum selesai menulis suratnya, aku menuju toko mainan dan membawa uang saku yang selama ini aku tabung. Tanpa ku sangka, ternyata ayah mengetahuiku di toko mainan itu. Ayah sangat marah kepadaku. Dia memukulku dan mengunciku di kamar mandi.
            Setelah 5 jam aku dikurung, ayah membuka pintu kamar mandi. Aku terkaget, dan secara tiba- tiba ayah mengangis dan memelukku, di tangan ayah terlampirkan selembar kertas. Rupanya itu adalah surat yang terakhir aku tulis untuk umi sebelum aku berangkat ke toko mainan dan belum sempat aku masukkan ke dalam lemari suratku. Surat itu bertuliskan seperti ini.
“Umi, tadi Ibu guru bilang bahwa besok aku harus mengajak umi ke sekolahku, karena besok adalah hari ibu. Ibu guru juga memerintahkanku untuk membawa hadiah buat umi. Oo ya.. Umi masih ingat nggak saat aku menulis surat untuk umi, kalau aku ingin belajar memasak dengan umi. Agar aku bisa makan makanan selain mi instan, dan aku juga ingin memasakkan ayah tumis kangkung kesukaannya yang sangat lezat. Kalau begitu, aku akan pergi ke toko mainan dulu ya, Umi, aku akan membeli mainan masak- masakan sebagai hadiah untuk umi. Setelah aku kembali dari toko mainan nanti, umi ajari aku memasak terlebih dahulu ya!. Terus, nanti aku yang akan mempraktekannnya. Tunggu dulu ya , umi..
            Sejak saat itu, ayah lebih memperhatikanku, dan aku menjadi semakin sayang kepada ayah.

Tidak ada komentar: