SAHABAT
SEJATI
Oleh
: HANUM AMALIA Q.
Tasya, Mila, Bela, dan Lina adalah empat serangkai. Mereka
bersahabat sejak duduk di kelas 8. Saat ini, mereka duduk di kelas 9. Mereka
sangat mengenal karakter para sahabatnya. Tasya memiliki rambut panjang berwarna
coklat. Ia sangat suka bercerita tentang khayalannya. Mila adalah anak yang
paling pandai di kelas kami. Ia juga ramah. Mila satu-satunya yang berhijab di
antara ketiga sahabatnya. Di antara empat serangkai itu, Bela yang hobi membaca
buku. Ia memakai kacamata. Bela bukan anak yang pendiam, melainkan anak yang
cerewet. Sedangkan Lina adalah anak yang hobi memecahkan masalah. Sampai-sampai
ia membuat grup detektif.
Saat bel istirahat berbunyi…
“Tasya, ke kantin yuk!” Ajak Lina. Tasya menggeleng. Ia sibuk
bermain laptopnya. Lina pun pergi ke kantin sendirian. Mila selalu pergi ke
perpustakaan saat istirahat. Saat itu, Mila tidak merapikan mejanya yang masih
ada laptopnya. Tasya berada di dalam kelas bersama Bela. Tidak seperti
biasanya, Tasya sibuk sendiri seperti hari ini.
Ternyata, Tasya mempunyai rencana buruk. Ia mengambil laptop milik
Lina dan menyembunyikannya di tas milik Mila.
Sesampainya di kelas, Lina langsung menghampiri Tasya.
“Tasya, tumben tidak ke kantin. Memang ada apa?” Tanya Lina heran.
“Aku pusing gara-gara ulangan sudah dekat.”
Lina menyadari bahwa laptopnya hilang. Ia pun melapor pada Bu
Indri, wali kelasnya. Setelah dilakukan penggeledahan, laptop Lina berada di
tas milik Mila. Tasya, Lina, dan Mila dipanggil ke ruangan Bu Indri. Mereka
ditanya satu persatu. Namun, tidak ada yang mengaku. Setelah pulang sekolah,
Tasya mengajak Bela ke rumahnya.
Di kamar Tasya…
“Jadi, kamu menyembunyikan laptop Lina di tas Mila gara-gara kamu
balas dendam ke Mila,” kata Bela menyimpulkan cerita Tasya.
“Tasya, kamu tidak boleh begitu, kita kan sudah menjadi sahabat.
Lagian itu kejadian setahun yang lalu. Maafkan Mila saja. Daripada urusan
tambah panjang.” tambah Bela.
“Iya, aku tahu. Tapi dia sudah ngerjain aku waktu itu. Dia juga
belum minta maaf.”
“Tasya, apakah kamu mau persahabatan kita hancur hanya gara-gara
kejadian satu tahun yang lalu itu? Tidak perlu diungkit-diungkit lagi.
Nantinya, kamu juga yang menanggung akibatnya.” kata Bela dengan nada marah.
Nada perkataan Bela yang menaik membuat Tasya menyesal. Tasya ingin
meminta maaf kepada Mila. Tetapi, rasanya ia kurang ikhlas melakukannya. Bela
tidak mengatakan kepada Tasya bahwa ia melihat Tasya mencuri laptop Lina.
Di sekolah…
“Kita dipanggil Bu Indri lagi.” Ujar Lina kepada Mila, Tasya, dan Bela.
Mereka pun pergi bersama ke ruangan Bu Indri seperti tidak ada
masalah di antara mereka.
Bu Indri bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti kemarin. Bela
langsung angkat bicara mengenai laptop Lina.
“Tasya adalah pelaku yang sebenarnya. Saya melihat dengan mata
kepala saya, Bu,”
Lina dan Mila tidak menyangka Bela menuduh Tasya sebagai pelakunya.
Mereka memang tidak tahu tentang
kejadian yang sebenarnya.
“Saya melihat Tasya mengendap-endap mendekati laptop Lina. Kemarin,
saya telah mendengar cerita dari Tasya bahwa ia pelaku yang sebenarnya. Dan ia
melakukannya karena dendam kepada Mila.”
Seketika, wajah Tasya berubah merah. Ia tidak mampu menyembunyikan
kebohongannya lagi. Ia langsung tersadar perkataan Bela kemarin jika
persahabatannya bisa hancur.
“Apa benar yang dikatakan Bela, Tasya?” tanya Bu Indri yang sudah
bersungut-sungut.
“Ehm…. Eeeee… Ti.. Tidak benar, Bu.”
Bela menyangkal lagi. Ia sengaja berbuat demikian agar kebenaran
terungkap dan persahabatannya yang telah dibangun mereka setahun yang lalu
tidak hancur. Akhirnya, Tasya mengakui perbuatannya. Ia pun langsung
menghampiri Mila dan meminta maaf. Dan persahabatan mereka tidak berakhir
sampai di situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar