Cari Blog Ini

Selasa, 22 Maret 2016

Cerpen Karangan : Perjuangan Seorang Ibu

Perjuangan Seorang Ibu
Oleh     : Syah Rizan Nazri Muhammad

Pada suatu hari hiduplah seorang anak yang bernama Dinda, dia baru duduk di sekolah dasar kelas 6. Dinda adalah anak yang baik dan rajin, dia juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Doni yang baru duduk di bangku sekolah dasar kelas 3. Dinda dan adiknya kini tinggal bersama ibunya, karena ayahnya sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Mereka adalah keluarga yang hidupnya pas-pasan, sehingga ibu Dinda harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan mereka setiap hari dan membiayai sekolah anaknya. Ibu Dinda bersusah payah seorang diri membesarkan anak-anaknya. Ibu Dinda setiap harinya bekerja sebagai buruh cuci. Walaupun demikian, ibu Dinda terus berusaha untuk mendidik kedua anaknya dengan sangat baik. Dan dia tidak ingin melihat anak-anaknya sedih dalam kemiskinan. Ibu Dinda selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu kuat dalam menghadapi setiap cobaan.
Berbagai kesulitan hidup mereka hadapi, namun bagi ibu Dinda kemiskinan bukanlah hal yang menghalangi mereka untuk terus maju. Pada suatu hari, saat Dinda berada di sekolah, Dinda dipanggil ke kantor karena sudah menunggak uang komite selama 6 bulan. Dinda pun sedih, karena dia tahu bahwa ibunya belum mempunyai uang untuk membayar semua tunggakan itu. Apalagi ibunya pun hanya seorang buruh cuci yang sehari upahnya hanya cukup untuk dibelikan sebungkus nasi. Sesampainya di rumah, Dinda masuk ke dalam kamarnya dan dia pun menangis. Ibu Dinda yang pada saat itu sudah pulang dari bekerja melihat kejadian itu. Ibu Dinda pun hanya bisa menahan air matanya. Tetapi semua itu tidak membuat ibu Dinda putus asa untuk terus bekerja dan bekerja. Ibu Dinda berjanji akan terus berusaha agar bisa melunasi semua tunggakan sekolah anak-anaknya. Karena ibu Dinda tidak ingin melihat anak-anaknya menjadi orang yang susah seperti dirinya. Justru dia ingin melihat anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses. Esok hari pun tiba, Dinda dan adiknya akan pergi ke sekolah. Namun di dalam hati Dinda berkata bahwa dia tidak ingin pergi ke sekolah karena dia takut akan dipanggil lagi oleh kepala sekolah karena belum bisa membayar uang komite.
Dinda pun pergi mendekati ibunya dan berkata, “Ibu, Dinda ingin berhenti sekolah dan membantu Ibu bekerja menjadi buruh cuci!” Lalu ibu Dinda mengelus kepala anaknya dan berkata, “Ibu senang sekali kalau kamu ingin membantu Ibu, tapi kamu harus sekolah agar kamu bisa menjadi orang sukses. Kamu tidak usah khawatir dengan biayanya. Karena Ibu akan terus berusaha untuk mencari uang.”Setelah mendengarkan perkataan ibunya, Dinda pun pergi ke sekolah. Sementara di rumah ibunya terus berpikir dengan merenung dalam hati. Kemudian ibu Dinda pun memutuskan untuk mencari kerja lagi. Dan akhirnya ibu Dinda mendapatkan pekerjaan sebagai tukang sapu. Tetapi ibu Dinda tidak memberitahu kepada Dinda soal pekerjaan itu. Keesokan harinya, ibu Dinda mulai bekerja. Begitu banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dan tidak peduli seberapa capeknya dia. Asalkan dia bisa membiayai sekolah anak-anaknya. Di bawah teriknya sinar matahari, ibu Dinda seakan akan tidak pernah menyerah dengan keadaan yang dia alami, justru dia masih menunjukkan senyumnya.
Saat malam hari, Dinda bertanya kepada ibunya. “Apakah Mama merasa lelah? Karena Dinda tahu Ibu seharian mencuci banyak pakaian pelanggan.” tetapi ibu Dinda hanya menjawab bahwa dirinya sama sekali tidak merasa lelah. Meskipun yang sebenarnya ibu Dinda merasa sangat lelah. Karena demi sang anak ibu Dinda terpaksa berbohong akan keadaan yang dirasakannya. Hari demi hari ibu Dinda lewati dengan bekerja, demi melunasi tunggakan komite anak-anaknya. Ibu Dinda sama sekali tidak pernah mengeluh asalkan anaknya bahagia. Dan meskipun ibu Dinda sudah menerima gaji, dia tetap bekerja dan menjalankan dua pekerjaannya tersebut. Sungguh sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya dibanding dengan apa pun. Sampai pada akhirnya ibu Dinda jatuh sakit. Sehingga ibu Dinda tidak bisa lagi bekerja karena kaki ibu Dinda sudah sulit untuk digerakkan. Saat itu Dinda yang sedang menemani ibunya merasah sedih dan dia pun langsung menangis karena melihat kondisi ibunya yang terbaring lemah. Dinda berpikir jika ibunya sudah seperti ini, bagaimana bisa Dinda melanjutkan sekolahnya. Sedangkan ibunya sudah tidak bisa lagi bekerja.
Dinda pun lagi-lagi berkata kepada ibunya, “Ibu, sebaiknya aku tidak usah lagi melanjutkan sekolahku. Karena dari mana kita akan mendapatkan uang. Kata ibunya kepada Dinda, “Tidak Dinda, apa pun yang terjadi kamu dan Adikmu harus tetap bersekolah. Kita tidak boleh menunjukkan kelemahan kita kepada semua orang. Dan soal biayanya kamu tidak usah khawatir lagi, karena Ibu mempunyai simpanan uang dari hasil kerja Ibu selama ini.” Mendengar perkataan ibunya, Dinda merasa heran. Dinda pun bertanya kepada ibunya.“Bagaimana bisa Ibu punya simpanan uang, sedangkan Ibu hanya bekerja sebagai buruh cuci. Gaji yang Ibu terima pun hanya cukup untuk makan sehari.” Jawab ibu Dinda, “Sebenarnya Ibu mempunyai dua pekerjaan. Saat pagi hari ketika kamu sudah berangkat ke sekolah, Ibu pergi bekerja menjadi tukang sapu hingga siang hari. Kemudian setelah itu Ibu melanjutkan dengan menjadi buruh cuci. Ibu sengaja tidak memberitahu kamu karena Ibu tidak ingin melihat kamu sedih. Dan semua ini Ibu lakukan demi masa depan kalian berdua. Itulah sebabnya kenapa Ibu bisa mempunyai uang simpanan.”
Kemudian ibu Dinda memberikan uang tersebut kepada Dinda untuk dipakai membayar semua tunggakan komite. Dinda pun terharu lalu dia meneteskan air mata karena mendengarkan perkataan ibunya. Dinda dan ibunya saling bertatapan dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya Dinda pun memeluk dan merangkul erat ibunya dan berkata, “Oh.. Ibu.” Dinda pun merasa sangat bangga atas perjuangan ibunya. Dinda sadar bahwa selama ini ibunya bekerja keras banting tulang setiap harinya hanya untuk membiayai mereka. Dinda mulai mengerti mengapa ibunya melakukan hal tersebut. Karena saking sayangnya Dinda kepada ibunya dia pun mencium pipi ibunya dan dia berjanji kelak akan menjadi anak yang sukses serta membuat ibunya bahagia.




Tidak ada komentar: