Perjuangan Seorang Ibu
Oleh : Syah Rizan Nazri Muhammad
Pada suatu hari hiduplah seorang anak yang bernama Dinda, dia baru duduk di
sekolah dasar kelas 6. Dinda adalah anak yang baik dan rajin, dia juga memiliki
seorang adik laki-laki yang bernama Doni yang baru duduk di bangku sekolah
dasar kelas 3. Dinda dan adiknya kini tinggal bersama ibunya, karena ayahnya
sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Mereka adalah keluarga yang hidupnya
pas-pasan, sehingga ibu Dinda harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi
kebutuhan mereka setiap hari dan membiayai sekolah anaknya. Ibu Dinda bersusah
payah seorang diri membesarkan anak-anaknya. Ibu Dinda setiap harinya bekerja
sebagai buruh cuci. Walaupun demikian, ibu Dinda terus berusaha untuk mendidik
kedua anaknya dengan sangat baik. Dan dia tidak ingin melihat anak-anaknya
sedih dalam kemiskinan. Ibu Dinda selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk
selalu kuat dalam menghadapi setiap cobaan.
Berbagai
kesulitan hidup mereka hadapi, namun bagi ibu Dinda kemiskinan bukanlah hal
yang menghalangi mereka untuk terus maju. Pada suatu hari, saat Dinda berada di
sekolah, Dinda dipanggil ke kantor karena sudah menunggak uang komite selama 6
bulan. Dinda pun sedih, karena dia tahu bahwa ibunya belum mempunyai uang untuk
membayar semua tunggakan itu. Apalagi ibunya pun hanya seorang buruh cuci yang
sehari upahnya hanya cukup untuk dibelikan sebungkus nasi. Sesampainya di
rumah, Dinda masuk ke dalam kamarnya dan dia pun menangis. Ibu Dinda yang pada
saat itu sudah pulang dari bekerja melihat kejadian itu. Ibu Dinda pun hanya
bisa menahan air matanya. Tetapi semua itu tidak membuat ibu Dinda putus asa
untuk terus bekerja dan bekerja. Ibu Dinda berjanji akan terus berusaha agar
bisa melunasi semua tunggakan sekolah anak-anaknya. Karena ibu Dinda tidak
ingin melihat anak-anaknya menjadi orang yang susah seperti dirinya. Justru dia
ingin melihat anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses. Esok hari pun tiba,
Dinda dan adiknya akan pergi ke sekolah. Namun di dalam hati Dinda berkata
bahwa dia tidak ingin pergi ke sekolah karena dia takut akan dipanggil lagi
oleh kepala sekolah karena belum bisa membayar uang komite.
Dinda pun pergi
mendekati ibunya dan berkata, “Ibu, Dinda ingin berhenti sekolah dan membantu Ibu
bekerja menjadi buruh cuci!” Lalu ibu Dinda mengelus kepala anaknya dan
berkata, “Ibu senang sekali kalau kamu ingin membantu Ibu, tapi kamu harus
sekolah agar kamu bisa menjadi orang sukses. Kamu tidak usah khawatir dengan
biayanya. Karena Ibu akan terus berusaha untuk mencari uang.”Setelah
mendengarkan perkataan ibunya, Dinda pun pergi ke sekolah. Sementara di rumah
ibunya terus berpikir dengan merenung dalam hati. Kemudian ibu Dinda pun
memutuskan untuk mencari kerja lagi. Dan akhirnya ibu Dinda mendapatkan
pekerjaan sebagai tukang sapu. Tetapi ibu Dinda tidak memberitahu kepada Dinda
soal pekerjaan itu. Keesokan harinya, ibu Dinda mulai bekerja. Begitu banyak
pekerjaan yang harus dia lakukan dan tidak peduli seberapa capeknya dia.
Asalkan dia bisa membiayai sekolah anak-anaknya. Di bawah teriknya sinar
matahari, ibu Dinda seakan akan tidak pernah menyerah dengan keadaan yang dia
alami, justru dia masih menunjukkan senyumnya.
Saat malam hari,
Dinda bertanya kepada ibunya. “Apakah Mama merasa lelah? Karena Dinda tahu Ibu
seharian mencuci banyak pakaian pelanggan.” tetapi ibu Dinda hanya menjawab
bahwa dirinya sama sekali tidak merasa lelah. Meskipun yang sebenarnya ibu
Dinda merasa sangat lelah. Karena demi sang anak ibu Dinda terpaksa berbohong
akan keadaan yang dirasakannya. Hari demi hari ibu Dinda lewati dengan bekerja,
demi melunasi tunggakan komite anak-anaknya. Ibu Dinda sama sekali tidak pernah
mengeluh asalkan anaknya bahagia. Dan meskipun ibu Dinda sudah menerima gaji,
dia tetap bekerja dan menjalankan dua pekerjaannya tersebut. Sungguh sebuah
pengorbanan yang tak ternilai harganya dibanding dengan apa pun. Sampai pada
akhirnya ibu Dinda jatuh sakit. Sehingga ibu Dinda tidak bisa lagi bekerja
karena kaki ibu Dinda sudah sulit untuk digerakkan. Saat itu Dinda yang sedang
menemani ibunya merasah sedih dan dia pun langsung menangis karena melihat
kondisi ibunya yang terbaring lemah. Dinda berpikir jika ibunya sudah seperti
ini, bagaimana bisa Dinda melanjutkan sekolahnya. Sedangkan ibunya sudah tidak
bisa lagi bekerja.
Dinda pun
lagi-lagi berkata kepada ibunya, “Ibu, sebaiknya aku tidak usah lagi
melanjutkan sekolahku. Karena dari mana kita akan mendapatkan uang. Kata ibunya
kepada Dinda, “Tidak Dinda, apa pun yang terjadi kamu dan Adikmu harus tetap
bersekolah. Kita tidak boleh menunjukkan kelemahan kita kepada semua orang. Dan
soal biayanya kamu tidak usah khawatir lagi, karena Ibu mempunyai simpanan uang
dari hasil kerja Ibu selama ini.” Mendengar perkataan ibunya, Dinda merasa
heran. Dinda pun bertanya kepada ibunya.“Bagaimana bisa Ibu punya simpanan
uang, sedangkan Ibu hanya bekerja sebagai buruh cuci. Gaji yang Ibu terima pun
hanya cukup untuk makan sehari.” Jawab ibu Dinda, “Sebenarnya Ibu mempunyai dua
pekerjaan. Saat pagi hari ketika kamu sudah berangkat ke sekolah, Ibu pergi
bekerja menjadi tukang sapu hingga siang hari. Kemudian setelah itu Ibu
melanjutkan dengan menjadi buruh cuci. Ibu sengaja tidak memberitahu kamu
karena Ibu tidak ingin melihat kamu sedih. Dan semua ini Ibu lakukan demi masa
depan kalian berdua. Itulah sebabnya kenapa Ibu bisa mempunyai uang simpanan.”
Kemudian ibu Dinda memberikan uang tersebut kepada
Dinda untuk dipakai membayar semua tunggakan komite. Dinda pun terharu lalu dia
meneteskan air mata karena mendengarkan perkataan ibunya. Dinda dan ibunya
saling bertatapan dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya Dinda pun memeluk dan
merangkul erat ibunya dan berkata, “Oh.. Ibu.” Dinda pun merasa sangat bangga
atas perjuangan ibunya. Dinda sadar bahwa selama ini ibunya bekerja keras
banting tulang setiap harinya hanya untuk membiayai mereka. Dinda mulai
mengerti mengapa ibunya melakukan hal tersebut. Karena saking sayangnya Dinda
kepada ibunya dia pun mencium pipi ibunya dan dia berjanji kelak akan menjadi
anak yang sukses serta membuat ibunya bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar