Cari Blog Ini

Selasa, 22 Maret 2016

Cerpen Karangan : Peci Kakek

Peci Kakek
Oleh : Sahryan Fauzani

Bukan apa-apa, tapi kakek itu memang sudah pikun.Perawakannya yang kurus dan selalu memakai peci usang. Entah dari mana ia mendapatkan peci itu. Mungkin ia membeli ataus ekedar menemukannya di jalan. Memang peci itu usang, tetapi sepertinya peci itu sangat berharga baginya. Bagi orang-orang kakek itu sudah tidak waras dan pikun.
Banyak orang beranggapan kakek itu adalah orang gila, mungkin karena kakek itu tak pernah mandi atau orang pikun? Tak ada yang tau kisahnya. Aku pernah bertemu dengannya. Dan aku bertanya “Kek, namanya siapa?” entah karena tuli atau bisu ia hanya diam dan melamun menatap wajahku. Apa ya, kakek ini benar-benar tidak waras? Ataukah pikun? Tapi yang aneh dari kakek ini adalah dia suka pergi ke masjid, entah apa yang dia lakukan. Mengaji? ataupun sholat? Aku ragu kalau kakek ini  bisa mengaji dan sholat.
Suatu hari yang indah, waktunya sholat dhuhur. Aku terkejut dengan suara adzan yang berkumandang, suara siapa itu? Mungkin karena penasaran, aku langsung ke masjid, aku segera datang ke masjid. Dan ternyata? Hebat!! Ternyata yang menjadi muadzin adalah kakek itu.Aku tak habis pikir, kenapa kakek yang katanya pikun dan gila itu bisa mengumandangkan adzan dengan suara yang indah nan menakjubkan?. Setelah sholat, aku ingin tahu apa yang dilakkan oleh kakek itu. Ternyata benar dugaaanku, ia mengaji. Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang kulihat itu. Aku mulai berpikir bahwa kakek itu sebenarnya tidak gila dan mungkin juga tidak pikun. Aku berdiri di pintu masjid, sambil berpikir kebingungan.
Sore pun berganti petang, suara adzan maghribpun berkumandang indah, aku pun bergumam “ah, mungkin itu suara kakek itu”. Aku lantas bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Tebakanku lagi-lagi benar, kakek itulah yang adzan tadi. Kakek itu sungguh hebat, katanya dia gila dan pikun, tapi malah menjadi imam di masjid waktu sholat maghrib. Selesai sholat, aku menghampiri kakek itu. Aku terkejut ketika tahu ternyata kakek itu bisa bicara, ternyata ia adalah kakek biasa yang memang sudah pikun, tetapi ia tidak gila. Lalu ia menceritakan kisahnya. Ia berkata bahwa ia tidak ingat apa-apa kecuali pecinya yang sedang ia pakai itu yang sudah usang, kusut, dan bau.
Ternyata, itu adalah peci satu-satunya yang ia punya, dan peci tersebut pemberian dari cucunya. Cucu kakek ini memberikan peci itu dan meninggalkan sebuah pesan kepada kakek untuk selalu memakainya untuk beribadaah, terutama saat salat dan mengaji di masjid. Dan setelah pemberian dari cucunya tersebut, ia hanya mengingat tiga hal yaitu salat, mengaji, dan masjid. Maksudnya apa? Mungkin yang kakek itu ingat-ingat hanya perkataan cucunya itu, kakek itu sungguh misterius.
Setelah aku dan kakek itu berbincang di masjid tadi, aku diajak kakek itu untuk daatang ke rumahnya. Untuk apa? Yang ada dibenakku adalah mungkin rumahnya hanya sebuah gubuk yang kecil dan bau. Ku tidak bisa membayangkan rumah kakek itu. Wow! Mengejutkan, rumah kakek itu seperti rumah pada umumnya. Temboknya halus dicat biru, pintu dan jendelanya keren terbuat dari kayu jati, lantainya di keramik warna putih bersih. Tak ku sangka, rumah kakek tu begitu bersih, bahkan kuakui rumahku tak sebersih rumah kakek itu. Yang lebih mengherankan lagi, ia mempunyai motor. Ia memarkirkannya di halaman belakang rumahnya.

Dia berkata bahwa rumah ini sebenarnya bukan miliknya, melainkan milik cucunya dan cucunya jarang ke rumah ini. Ternyata kakek itu tidak mau mendapatkan harta cucunya, walaupun sebenarnya ia sangat membutuhkannya. Yang kakek itu katakan adalah bahwa ia hanya ingin peci usang itu, agar bisa menutupi rambut putihnya ketika salat. Yang ia inginkan adalah ia hanya ingin menyembunyikan usia tuanya dan ia tetap ingin beribadah dan tidak mau menikmati dunia sebelum ibadahnya benar-benar diterima oleh Allah Swt.   

Tidak ada komentar: