Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Maret 2016

Cerpen Karangan : Isi Hati Hasan

Isi Hati Hasan
Oleh : Nur Mukhammad Al Asyrofi ( 7D / 10 )
Aku punya sahabat  namanya Hasan, ia tinggal di sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kediri. Ia mempunyai kakak laki-laki namanya Ari. Kakaknya tersebut  merantau ke Papua untuk bekerja. Hasan tinggal di rumah bersama orang tuanya. Ibunya bernama Siti Fatimah dan ayahnya bernama Ali. Hasan bersekolah di sebuah MTs Negeri yang terkenal di kotanya. Aku mengenalnya sejak kecil, ia juga sering curhat padaku begitu pula sebaliknya.
Cerita ini di mulai beberapa bulan yang lalu. Ibu Hasan tiba-tiba sakit dan tidak mau makan. Mungkin karena salah makan dan kecapekan. Saat Hasan pulang sekolah,
“Assalamualaikum” Hasan mengucap salam ketika masuk rumah. Ia baru saja pulang dari sekolah dijemput bapaknya.
“Waalaikumussalam” Ibunya Hasan menjawab dari kamar.
Kemudian Hasan meletakkan tas dan segera mandi. Selepas mandi ia bersiap-siap untuk sholat dan  langsung menuju  musholla di dekat rumahnya. Kemudian ia kembali dari masjid dan segera pulang lalu pergi lagi karena ia harus les. Saat ia pulang ia melihat ibunya yang terbaring di kamarnya. Perasaan Hasan sangat terpukul karena melihat ibunya yang lemah. Padahal biasanya saat pulang sekolah ia sudah ditunggu ibunya di ruang tamu, tetapi sekarang tidak lagi, biasanya ibunya selalu memasak makanan sendiri untuk makan sekeluarga, tetapi sekarang Hasan kadang harus beli makan atau makan dengan telur goreng, tempe dan tahu goreng, dan juga mie instan.
Sakit ibunya Hasan berlangsung cukup lama. Sampai waktu libur semester telah tiba, ibunya Hasan  masih saja sakit. Padahal Hasan ingin sekali mengajak bapak dan ibunya pergi jalan-jalan, tapi itu mustahil karena melihat keadaan ibunya masih saja sakit. Perasaan Hasan kembali terpukul.
Setiap kali ia selesai sholat ia berdoa “Ya Allah berilah kesembuhan bagi ibu hamba karena hamba tidak tega melihat ibunya yang sakit-sakitan. Allahumafighrli dzunubiwalilidayya warhamhuma kama rabbayani shoghira, rabbana atina fiddunya hasanah wafilakhirati hasanah waqna adzabannar.amin......”. libur semester pun berakhir. Selama liburan Hasan tidak pergi kemana-mana seperti teman-temannya yang berlibur bersama keluarga masing-masing.
Hasan berkata dalam hati “enak ya kalau bisa liburan bareng sama keluarga, tapi aku...... mana mungkin aku bisa liburan ibuku aja sakit. Tapi disyukuri aja”.
***
Seperti biasa, Hasan pergi sekolah diantar bapaknya. Setelah pergi mengantar Hasan, orang tua Hasan pergi ke dokter untuk mencari obat. Yang dirasakan ibu Hasan saat ini adalah lelah sekali, jenuh dengan pekerjaan, padahal ibunya Hasan merupakan wanita yang senang bekerja (wanita karier). Jika ibunya Hasan memegang gunting lalu menjahit karena ibunya Hasan adalah seorang penjahit ia selau berkeringat begitu juga saat hendak memasak ia selalu berkeringat, anehnya ibunya Hasan hanya lelah atau berkeringat setiap menjahit dan memasak. Ibunya Hasan menceritakannya ke dokter kemudian setelah diperiksa keadaan ibu Hasan baik-baik saja.
Setelah beberapa hari, dan setelah minum obat dari dokter ibunya Hasan mulai sembuh, sekarang ibunya Hasan sudah mulai makan. Meskipun begitu hal yang aneh masih saja terjadi pada ibunya Hasan, yaitu saat hendak masak dan menjahit selalu berkeringat.
Keesokannya pukul 03.00 hand phone ayahnya Hasan berbunyi ada panggilan dari tantenya Hasan memberitahu bahwa anak dari paman atau sepupu Hasan meninggal dunia. Karena takut ibunya Hasan kaget, ayahnya Hasan tidak berani memberitahukan kepada ibunya langsung, biarkan ia tahu sendiri.
Kebetulan hari itu hari Minggu. Bapaknya Hasan berkata “Bu, Didik (sepupu Hasan yang meninggal) sakit ayo, ke rumah nenek!” bapaknya Hasan berpura-pura supaya ibunya hasan tidak kaget. Kerena ibunya Hasan punya sakit jantung.
Sebentar Ibu tak buat nasi dulu buat sarapan.” jawab ibunya Hasan.
Gak usah, beri aja Hasan uang untuk beli sarapan, kita sudah ditunggu di sana” kata bapaknya Hasan.
Ya sudah kalo begitu.”jawab ibu.
“Hasan....Hasan... sini” panggil ibu.
Dalem.... ada apa Bu? ” jawab Hasan.
Ini tak kasih uang buat beli nasi, Ibu sama Bapak mau pergi ke rumah Make karena Mas Didik sakit.”
Ya sudah hati-hati” kata Hasan.
***
Kemudian Ibu dan Ayah Hasan pergi menuju rumah nenek. Setelah sampai di rumah nenek ibunya Hasan bingung kenapa rumah kok sepi, kemudian ibunya Hasan bertanya kepada tetangganya
Kemana orang-orang di rumah nenek, kok sepi?” tanya ibunya Hasan.
Orang-orang di rumah nenek jelas-jelas ke rumah Pak Fadil (bapaknya Didik). Jelas Didik sudah meninggal”.
Seketika ibunya Hasan kaget dan terdiam. Kemudian ayah dan ibunya Hasan pergi ke rumah Paman Fadil. Sesampainya di sana ada banyak kerabat yang menunggu kedatangan ibu dan bapaknya Hasan. Semua orang yang ada di sana menangis karena kepergian Didik untuk selamanya. Setelah acara pemakaman selesai ibu dan ayahnya Hasan pulang ke rumahnya.
Saat tiba di rumah kemudian Hasan diberitahu bahawa sepupunya meninggal, Hasan terkejut kemudian berlari ke kamar, menutup pintu dan ia pun menangis karena sepupunya tersebut merupakan saudara dan sahabatnya. Setelah kejadian tersebut, ibunya Hasan kembali tidak mau makan kerena ibunya Hasan kaget. Ibunya hasan sudah menganggap Didik sebagai anaknya sendiri.
Setelah itu ibunya hasan mencoba mencari dokter, kyai, ustadz kemana-mana untuk mengobati penyakit anehnya, tetapi tidak ada perubahan sama sekali. Kemudian ada Bibi Zulaiha yang memberitahu bahwa ada sebuah daerah yang disitu ada kyai yang insyaallah dapat menyembuhkan penyakit yang aneh tersebut.
“Fat, kamu coba di Kertosono ada seorang Kyai yang terkenal bisa menyembuhkan segala penyakit. Dulu Ibuku juga pernah kayak gitu”
Di mana desanya?”. Tanya ibunya Hasan.
Ini saya tulis di kertas” jawab Bibi Zulaikha.
Keesokannya ibu dan bapaknya pergi ke rumah kyai yang dimaksud oleh Bibi Zulaikha. Setelah sampai di sana, ibunya Hasan diberi air minum yang  sudah diberi doa oleh kyai tersebut. Kemudian setelah diperiksa ternyata ibunya Hasan terkena santet. Mungkin karena ada saingan penjahit yang iri karena langganan ibunya Hasan banyak sekali dan selalu ramai. Setelah beberapa kali pertemuan dengan kyai tersebut akhirnya ibunya Hasan kembali sembuh dan dapat melakukan hal-hal seperti biasanya.
Beberapa hari setelah sembuh kakaknya Hasan pulang dari merantau dan betapa senangnya keluarga Hasan karena ibunya Hasan sudah sembuh ditambah dengan kepulangan kakaknya. Kemudian kakaknya Hasan mengajak Hasan dan keluarganya berlibur atas keinginan Hasan, mereka pergi ke Batu, Malang.





Tidak ada komentar: