Isi Hati Hasan
Oleh : Nur Mukhammad Al Asyrofi ( 7D / 10 )
Aku
punya sahabat namanya Hasan, ia tinggal
di sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kediri. Ia mempunyai kakak laki-laki
namanya Ari. Kakaknya tersebut merantau
ke Papua untuk bekerja. Hasan tinggal di rumah bersama orang tuanya. Ibunya
bernama Siti Fatimah dan ayahnya bernama Ali. Hasan bersekolah di sebuah MTs
Negeri yang terkenal di kotanya. Aku mengenalnya sejak kecil, ia juga sering
curhat padaku begitu pula sebaliknya.
Cerita
ini di mulai beberapa bulan yang lalu. Ibu Hasan tiba-tiba sakit dan tidak mau makan.
Mungkin karena salah makan dan kecapekan. Saat Hasan pulang sekolah,
“Assalamualaikum”
Hasan mengucap salam ketika masuk rumah. Ia baru saja pulang dari sekolah
dijemput bapaknya.
“Waalaikumussalam”
Ibunya Hasan menjawab dari kamar.
Kemudian
Hasan meletakkan tas dan segera mandi. Selepas mandi ia bersiap-siap untuk
sholat dan langsung menuju musholla di dekat rumahnya. Kemudian ia
kembali dari masjid dan segera pulang lalu pergi lagi karena ia harus les. Saat
ia pulang ia melihat ibunya yang terbaring di kamarnya. Perasaan Hasan sangat
terpukul karena melihat ibunya yang lemah. Padahal biasanya saat pulang sekolah
ia sudah ditunggu ibunya di ruang tamu, tetapi sekarang tidak lagi, biasanya
ibunya selalu memasak makanan sendiri untuk makan sekeluarga, tetapi sekarang
Hasan kadang harus beli makan atau makan dengan telur goreng, tempe dan tahu
goreng, dan juga mie instan.
Sakit
ibunya Hasan berlangsung cukup lama. Sampai waktu libur semester telah tiba,
ibunya Hasan masih saja sakit. Padahal
Hasan ingin sekali mengajak bapak dan ibunya pergi jalan-jalan, tapi itu
mustahil karena melihat keadaan ibunya masih saja sakit. Perasaan Hasan kembali
terpukul.
Setiap
kali ia selesai sholat ia berdoa “Ya Allah berilah kesembuhan bagi ibu hamba
karena hamba tidak tega melihat ibunya yang sakit-sakitan. Allahumafighrli
dzunubiwalilidayya warhamhuma kama rabbayani shoghira, rabbana atina fiddunya
hasanah wafilakhirati hasanah waqna adzabannar.amin......”. libur semester pun berakhir. Selama liburan Hasan tidak pergi
kemana-mana seperti teman-temannya yang berlibur bersama keluarga
masing-masing.
Hasan berkata
dalam hati “enak ya kalau bisa liburan bareng sama keluarga, tapi aku......
mana mungkin aku bisa liburan ibuku aja sakit. Tapi disyukuri aja”.
***
Seperti
biasa, Hasan pergi sekolah diantar bapaknya. Setelah pergi mengantar Hasan, orang
tua Hasan pergi ke dokter untuk mencari obat. Yang dirasakan ibu Hasan saat ini
adalah lelah sekali, jenuh dengan pekerjaan, padahal ibunya Hasan merupakan
wanita yang senang bekerja (wanita karier).
Jika ibunya Hasan memegang gunting lalu menjahit karena ibunya Hasan adalah
seorang penjahit ia selau berkeringat begitu juga saat hendak memasak ia selalu
berkeringat, anehnya ibunya Hasan hanya lelah atau berkeringat setiap menjahit
dan memasak. Ibunya Hasan menceritakannya ke dokter kemudian setelah diperiksa
keadaan ibu Hasan baik-baik saja.
Setelah
beberapa hari, dan setelah minum obat dari dokter ibunya Hasan mulai sembuh,
sekarang ibunya Hasan sudah mulai makan. Meskipun begitu hal yang aneh masih
saja terjadi pada ibunya Hasan, yaitu saat hendak masak dan menjahit selalu
berkeringat.
Keesokannya
pukul 03.00 hand phone ayahnya Hasan
berbunyi ada panggilan dari tantenya Hasan memberitahu bahwa anak dari paman
atau sepupu Hasan meninggal dunia. Karena takut ibunya Hasan kaget, ayahnya
Hasan tidak berani memberitahukan kepada ibunya langsung, biarkan ia tahu
sendiri.
Kebetulan
hari itu hari Minggu.
Bapaknya Hasan berkata
“Bu, Didik (sepupu Hasan yang meninggal) sakit ayo, ke rumah nenek!” bapaknya Hasan berpura-pura supaya ibunya hasan
tidak kaget. Kerena ibunya Hasan punya sakit jantung.
“Sebentar Ibu tak buat nasi dulu buat sarapan.” jawab ibunya Hasan.
“Gak usah, beri aja Hasan uang untuk beli sarapan,
kita sudah ditunggu di sana” kata bapaknya Hasan.
“Ya sudah kalo begitu.”jawab ibu.
“Hasan....Hasan...
sini” panggil ibu.
“Dalem.... ada apa Bu? ” jawab Hasan.
“Ini tak kasih uang buat beli nasi, Ibu sama Bapak mau
pergi ke rumah Make karena Mas Didik sakit.”
“Ya sudah hati-hati” kata Hasan.
***
Kemudian
Ibu dan Ayah
Hasan pergi menuju rumah nenek. Setelah sampai di
rumah nenek ibunya Hasan bingung kenapa rumah kok sepi, kemudian ibunya Hasan
bertanya kepada tetangganya
“Kemana orang-orang di rumah nenek, kok sepi?” tanya ibunya Hasan.
“Orang-orang di rumah nenek jelas-jelas ke rumah Pak
Fadil (bapaknya Didik). Jelas Didik sudah meninggal”.
Seketika
ibunya Hasan kaget dan terdiam. Kemudian ayah dan ibunya Hasan pergi ke rumah Paman
Fadil. Sesampainya di sana ada banyak kerabat yang menunggu kedatangan ibu dan
bapaknya Hasan. Semua orang yang ada di sana menangis karena kepergian Didik
untuk selamanya. Setelah acara pemakaman selesai ibu dan ayahnya Hasan pulang
ke rumahnya.
Saat
tiba di rumah kemudian Hasan diberitahu bahawa sepupunya meninggal, Hasan
terkejut kemudian berlari ke kamar, menutup pintu dan ia pun menangis karena
sepupunya tersebut merupakan saudara dan sahabatnya. Setelah kejadian tersebut,
ibunya Hasan kembali tidak mau makan kerena ibunya Hasan kaget. Ibunya hasan
sudah menganggap Didik sebagai anaknya sendiri.
Setelah
itu ibunya hasan mencoba mencari dokter, kyai, ustadz kemana-mana untuk
mengobati penyakit anehnya, tetapi tidak ada perubahan sama sekali. Kemudian
ada Bibi Zulaiha yang memberitahu bahwa ada sebuah daerah yang disitu ada kyai
yang insyaallah dapat menyembuhkan penyakit yang aneh tersebut.
“Fat,
kamu coba di Kertosono ada seorang Kyai yang terkenal bisa menyembuhkan segala
penyakit. Dulu Ibuku juga pernah kayak gitu”
“Di mana desanya?”. Tanya ibunya Hasan.
“Ini saya tulis di kertas” jawab Bibi Zulaikha.
Keesokannya
ibu dan bapaknya pergi ke rumah kyai yang dimaksud oleh Bibi Zulaikha. Setelah
sampai di sana, ibunya Hasan diberi air minum yang sudah diberi doa oleh kyai tersebut. Kemudian
setelah diperiksa ternyata ibunya Hasan terkena santet. Mungkin karena ada
saingan penjahit yang iri karena langganan ibunya Hasan banyak sekali dan
selalu ramai. Setelah beberapa kali pertemuan dengan kyai tersebut akhirnya
ibunya Hasan kembali sembuh dan dapat melakukan hal-hal seperti biasanya.
Beberapa
hari setelah sembuh kakaknya Hasan pulang dari merantau dan betapa senangnya
keluarga Hasan karena ibunya Hasan sudah sembuh ditambah dengan kepulangan kakaknya.
Kemudian kakaknya Hasan mengajak Hasan dan keluarganya berlibur atas keinginan
Hasan, mereka pergi ke Batu, Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar