Murid Teladan yang Tertunda
Oleh: Fi’liya O. dan Hanum A.Q.
Setiap harinya, Husein selalu datang ke
sekolah tepat waktu. Walaupun dengan
mengendarai sepeda untuk melewati jarak 20 km dari rumahnya ke sekolah. Ia
merupakan anak yang rajin dan pandai. Buktinya, Ia selalu mengerjakan PR dan
tugas dengan baik dan mengumpulkannya tepat waktu. Ia selalu dipandang baik
oleh guru dan teman- temannya. Sayangnya, Ia tidak pandai bergaul dengan orang
di sekitarnya.
“ Husein, kamu pasti udah ngerjakan PR IPA,
kan? Kamu pasti bisa, ajarin aku dong!’ Tanya Liyra kepada Husein. Husein hanya
menatap Liyra dengan tersenyum dan tersipu malu. Bahkan dari mulutnya tidak
mengeluarkan sepatah kata pun.
Saat jam pelajaran dimulai, Pak Ahmad selaku
wali kelas datang ke kelas 7D untuk mengumumkan bahwa akan diadakan pemilihan
murid teladan. Selama satu minggu ke depan, guru- guru akan melakukan penilain
terhadap murid-murid kelas 7D. Baik penilaian sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Setelah pengumuman itu, murid-murid kelas 7D berlomba-lomba untuk
menjadi murid teladan. Liyra yang semula jarang mengerjakan PR mendadak berubah
menjadi rajin.
Setelah satu minggu terlewati. Sepulang sekolah,
Husein beremu dengan Pak Ahmad.
“ Besok jangan lupa berangkat pagi ya, Husein!, besok
saya akan mengumumkan siapa yang menjadi murid teladan. Dan sekarang calonnya
ada di depan saya.”
Husein hanya menunduk dengan wajah yang merah merona.
Hari ini saatnya Pak Ahmad mengumumkan siapa
yang menjadi murid teladan di kelas 7D. Tetapi, pada saat itu Husein belum juga
datang.
“ Pak, kok belum juga diumumkan siapa yang menjadi murid
teladannya.” Kata Tito.
“ emmm, emmm, iya iya, akan segera diumumkan, sabar dulu
ya anak- anak.” Jawab Pak Ahmad dengan sangat grogi dan khawatir.
“ Kita dari tadi udah sabar kali, Pak, tambah deg- degan
lagi, nungguin Bapak mengumumkan siapa yang akan menjadi murid teladannya”.
Sahut Liyra dengan sedikit kesal.
“ Pak Ahmad emangnya nungguin siapa sih?” Tanya Tito.
Setelah Tito bertanya, Husein pun datang dengan berlari menuju pintu Kelas 7D
dengan wajah yang pucat dan nafas yang ngos- ngosan.
“ emm, emm...” Pak Ahmad tak lagi mampu mengeluarkan kata
dari mulutnya yang nantinya akan mengecewakan murid- muridnya, apalagi setelah
Pak Ahmad mengetahui bahwa calon murid teladannya terlambat datang ke sekolah.
“Jangan- jangan....” Teriak murid- murid yang berada di
dalam kelas sambil melihat Husein yang hendak masuk ke dalam kelas.
“Assalamu ‘Alaikum.” Salam Husein dengan lirih. Pak Ahmad
pun merasa kesal, lalu meninggalkan Kelas 7D dengan tidak berpesan sepatah kata
pun kepada murid- muridnya.
“Wa ‘Alaikumussalam, nanti saat jam istirahat tiba, kamu temui
saya di ruang guru!”. Bisik Pak Ahmad kepada Husein.
Jam istirahat pun tiba, Husein menemui Pak
Ahmad di ruang guru. Rupanya, Pak Ahmad tidak ada di ruangannya. Husein pun duduk
menunggu Pak Ahmad di depan meja di dalam ruangan Pak Ahmad.
“Apa yang telah kamu lakukan tadi telah membuat saya
sangat kecewa.” Suara Pak Ahmad terdengar dari belakang tempat Husein menunggu.
Husein langsung bergegas berdiri, ia berbalik badan dan menghadap Pak Ahmad.
“Husein, duduk!” Teriak Pak Ahmad kepada Husein dengan
wajah yang sangat merah penuh dengan kemarahan dan rasa kecewa.
“Hebat sekali kamu, yang selama ini saya percaya
kedisiplinannya, malah menjadi ceroboh karena akan menjadi calon murid
teladan.” Kata Pak Ahmad dengan menunjuk Husein.
“Apa yang akan kamu jelaskan kepada saya?”
“Maaf, Pak. Tadi saya sudah berangkat 1 jam lebih pagi
dari biasanya. Dan saya sampai- sampai tidak sempat Sholat Subuh di rumah. Saya
menunaikan Sholat Subuh di Musholla desa sebelah tempat tinggal saya. Setelah
saya menunaikan Sholat Subuh, ternyata ban sepadah saya kempes. Karena tidak
ada bengkel, saya terpaksa menuntunnya sampai sekolah.” Jelas Husein.
Mata Pak Ahmad pun berkaca- kaca setelah mendengar
penjelasan dari Husein.
“Pak, saya benar- benar rela dan ikhlas jika saya tidak
menjadi murid teladan di kelas 7D. Demi Allah, Pak, saya mengikhlaskan calon
gelar saya menjadi murid teladan itu diserahkan kepada teman- teman saya.”
Pak Ahmad langsung memeluk Husein dengan menangis dan
berkata.
“Maafkan Bapak, nak.”
“Tidak, Pak, seharusnya Husein yang meminta maaf karena
telah mengecewakan Bapak.”
Setelah
masuk jam pelajaran setelah istirahant, Pak Ahmad dan Husein pergi ke Kelas 7D
untuk mengumumkan siapa yang menjadi murid teladan.
“Murid teladan tahun ini adalah... Liyra” Kata Pak Ahmad
dengan berat. Akan tetapi, Liyra bukannya senang, malah wajahnya kaget dengan
keputusan Pak Ahmad yang menjadikan Liyra sebagai murid teladan.
“ Bukannya Husein yang menjadi murid teladan tahun ini? Pak,
maaf, selama ini saya dan teman- teman bisa mengerjakan tugas karena Husein.
Jadi hanyalah Husein yang pantas menjadi murid teladan tahun ini. Iya kan
teman- teman?” Ujar Liyra kepada Pak Ahmad dengan memohon.
“ eee, sebenarnya iya, Pak” kata Tito.
Lalu,
semua sepakat bahwa Husein yang menjadi murid teladan di Kelas 7D pada tahun
2016. Semenjak itu, Husein menjadi lebih rajin dan ia mulai bisa bergaul dengan
teman-temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar